Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit infeksi yang sering mewabah di Indonesia, terutama saat musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jika tidak dikenali dan ditangani sejak awal, DBD dapat berujung pada komplikasi serius hingga kematian. Artikel ini membahas secara detail gejala DBD, tahapan penyakit, pentingnya deteksi dini, serta tips pencegahan yang efektif.
Apa Itu DBD dan Mengapa Penting Mengenali Gejalanya?

DBD merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu kunci utama menurunkan angka kematian akibat DBD adalah deteksi dini berdasarkan gejala yang muncul. Dengan mengetahui tanda-tandanya, pengobatan bisa dilakukan lebih cepat sehingga risiko komplikasi dapat ditekan.
Opini Penulis:
Menurut saya, edukasi tentang gejala DBD harus terus digencarkan, terutama di daerah endemik. Kewaspadaan masyarakat adalah kunci dalam mencegah wabah besar.
Tahapan dan Gejala DBD Berdasarkan Fase Penyakit

Gejala DBD berkembang melalui beberapa fase. Setiap fase memiliki tanda khas yang perlu diwaspadai.
Fase Demam Tinggi Mendadak (Fase Demam)
Pada awalnya, penderita DBD mengalami demam tinggi secara mendadak, biasanya mencapai 39–40°C, yang berlangsung 2–7 hari. Demam sering kali tidak turun-turun meski sudah diberi obat penurun panas biasa.
Selain demam, gejala lain yang sering muncul di fase awal ini adalah:
- Nyeri kepala hebat, terutama di bagian dahi atau belakang mata.
- Nyeri otot dan sendi (sering disebut “break bone fever” karena rasa ngilu luar biasa).
- Lemah, lesu, dan hilang nafsu makan.
Opini Penulis:
Saya menilai, banyak orang kerap menganggap demam biasa, padahal demam tinggi terus-menerus tanpa sebab jelas patut dicurigai sebagai DBD, terutama saat musim hujan.
Fase Kritis: Gejala Perdarahan dan Penurunan Suhu Tubuh
Fase ini sangat berbahaya dan biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-7 sakit. Suhu tubuh penderita tiba-tiba turun ke normal atau di bawah normal, tapi kondisi tubuh justru memburuk.
Gejala fase kritis antara lain:
- Muncul bintik merah pada kulit (petekie) akibat perdarahan di bawah kulit.
- Mimisan atau gusi berdarah.
- Muntah darah atau buang air besar berwarna hitam.
- Perut terasa nyeri, mual, muntah berulang, atau pembengkakan di hati.
- Gelisah, lemas berat, sulit minum, atau buang air kecil sangat sedikit.
Pada fase ini, risiko terjadinya kebocoran plasma dan syok sangat tinggi. Jika tidak ditangani segera, dapat menyebabkan kegagalan organ bahkan kematian.
Opini Penulis:
Menurut saya, saat gejala kritis ini muncul, jangan tunda untuk membawa penderita ke rumah sakit. Banyak keluarga menunggu terlalu lama karena mengira anak sudah sembuh saat demam turun, padahal justru ini fase paling berbahaya.
Fase Penyembuhan (Recovery)
Jika pasien melewati fase kritis, akan masuk ke fase pemulihan. Suhu tubuh perlahan naik kembali ke normal, nafsu makan mulai kembali, dan kondisi umum membaik.
Gejala pada fase ini:
- Tubuh mulai terasa segar.
- Nafsu makan meningkat.
- Bintik merah bisa berubah warna sebelum perlahan menghilang.
- Kencing kembali normal.
Namun, pada fase ini tetap perlu pemantauan medis karena cairan yang sempat keluar dari pembuluh darah akan kembali ke aliran darah. Risiko kelebihan cairan juga ada jika tidak dikontrol.
Opini Penulis:
Meskipun sudah merasa pulih, pasien DBD sebaiknya tetap kontrol ke dokter agar proses pemulihan berjalan sempurna dan tidak ada komplikasi lanjutan.
Tanda-Tanda DBD yang Perlu Segera Ditangani Medis

Beberapa gejala DBD perlu mendapat penanganan medis darurat. Jika mengalami tanda-tanda berikut, segera ke fasilitas kesehatan:
Gejala Darurat DBD:
- Syok (tekanan darah turun drastis, napas cepat, dingin, kulit pucat, kesadaran menurun).
- Muntah berulang, nyeri perut hebat, dan tidak bisa makan/minum.
- Perdarahan hebat (misal mimisan sulit berhenti, BAB hitam, muntah darah).
- Tidak buang air kecil dalam waktu lama.
- Anak tampak sangat lemas atau kejang.
Penanganan cepat bisa menyelamatkan nyawa penderita DBD.
Opini Penulis:
Saya selalu mengingatkan, jangan menunggu gejala berat untuk pergi ke dokter. Lebih baik waspada dan segera periksa jika ada demam tinggi dengan gejala khas DBD.
Perbedaan Gejala DBD dengan Demam Biasa
Banyak orang masih sulit membedakan DBD dengan demam tifoid, flu, atau infeksi virus lain. Berikut beberapa perbedaannya:
Gejala Khas DBD:
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas.
- Tidak disertai batuk atau pilek berat.
- Nyeri otot dan sendi sangat berat.
- Bintik merah tidak hilang jika kulit diregangkan.
Jika ada keraguan, pemeriksaan darah (trombosit dan hematokrit) sangat membantu diagnosis DBD.
Opini Penulis:
Saya berpendapat, edukasi membedakan gejala DBD dengan demam lain sangat penting agar masyarakat tidak terlambat mendapat perawatan.
Tips Pencegahan DBD: Mulai dari Rumah Sendiri
Pencegahan DBD yang utama adalah mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
Gerakan 3M Plus
- Menguras bak mandi, vas bunga, atau tempat penampungan air minimal seminggu sekali.
- Menutup rapat tempat air agar nyamuk tidak bertelur.
- Memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat air tergenang.
- Plus: gunakan obat anti nyamuk, kelambu, atau tanam tanaman pengusir nyamuk.
Pemantauan Lingkungan
Libatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Pastikan lingkungan rumah dan sekolah bersih, tidak ada genangan air, dan lakukan fogging bila diperlukan.
Opini Penulis:
Pencegahan jauh lebih mudah dan murah daripada pengobatan. Gotong royong membersihkan lingkungan adalah kunci bebas DBD.
Deteksi Dini Gejala Awal DBD
Gejala DBD perlu dikenali sejak dini agar dapat segera mendapat penanganan medis yang tepat. Deteksi gejala awal, waspada pada fase kritis, dan penerapan pola hidup bersih adalah langkah penting mencegah fatalitas akibat DBD. Masyarakat juga perlu dibekali pengetahuan membedakan DBD dengan demam biasa serta cara pencegahan efektif dari lingkungan terdekat.
Sebagai penulis, saya meyakini edukasi berkelanjutan sangat penting untuk menurunkan angka kejadian dan kematian akibat DBD di Indonesia. Mari saling mengingatkan dan bersama-sama melawan DBD mulai dari rumah sendiri.